Sabtu, 01 Desember 2012

kursi munggil di persisir pantai


KURSI MUNGIL DIPESISIR PANTAI
Karya Susan Aryati

Tak banyak yang berubah dari pantai ini, saat aku kembali setelah semenjak 5 tahun lalu aku tinggal kan semua kenangan disini. Hanya ada beberapa rumah penduduk yang bertambah disekitar pesisir pantai ini. Dengan ransel yang terus ku bawa dari perjalan menuju tempat ini, aku terus berjalan menuju tempat yang memang ingin aku jumpai. Yaitu kursi mungil yang berada dekat pohon bakau disekitar pesisir pantai ini. Dengan rasa bertumpuk lelah ku luap kan semua saat akhirnya aku berhasil sampai ketempat ini, kursi kecil yang merangkum semua kenangan-kenangan sebelum aku meninggalkan tempat ini.
“Lisa....!!!!!” suara itu meleburkan lamunan ku.

Aku terperanjak untuk mengetahui asal suara itu. “Aisyah…..!!! balik ku setelah ku kenali siapa yang telah memanggil namaku itu.
“ heyyy… Ais…!!!, begitu panggilannya “ dari mana kamu tau aku disini Ais…?”.
“apa sih yang aku ga tau…hee,” kata Ais sambil berjalan menuju kemari.Tak ada yang berubah dari logat berbicara Aisyah. Aisyah adalah sahabat ku selama aku disini, teman sekolah sekaligus teman diperkampunganku ini. lantaran jarak rumahnya dan rumah ku dulu berdekatan.
“lupa ya, kamu kan udah ngasih kabar aku beberapa hari yang lalu kalau kamu mau kesini”.
“Oo iya ya…..he, aku lupa Ais”.
“Iya lupa…!! kan yang kamu ingat setelah kamu kesini “Dia”!!iya.. kaaaan…… canda Ais kepadaku.
“Dia”, pikiranku kembali perputar mengingat yang dimaksud Aisyah dengan “Dia”.



Ya. Dia, Arya..!! sosok laki – laki yang dulu memang pernah singgah dihatiku. Dan menjadi bagian dari kenangan selama aku tinggal ditempat ini. Sebelum aku meninggalkan tempat ini, karna mengikuti kedua orangtua ku yang memang sudah terpikir dari beliau untuk mencoba usaha ditempat lain. Setelah beberapa kali mengalami pasang surutnya usaha karna begitu banyaknnya persaingan antara para pedagang. Ya, memang kini banyak perubahan dari keluarga ku setelah keputusan ayah untuk mencoba usaha ditempat lain.

Selayaknya sahabat lama yang baru bertemu. Sambil berjalan dengan beriringan angin pantai, Kisah-kisah lama pun kembali terkenang. Aisyah dengan lancarnya bercerita tentang semua yang telah aku lewatkan saat aku tak berada disini lagi. Semua dari kisah bahagia, sedih, dan berbagai masalah – masalah dan berbagai perubahan yang telah iya lewati. Aisyah memang sering bercerita denganku lewat via telpon. Namun berhubung kami menjalani kesibukan masing – masing cerita itu hanya sekedar mengetahui kabar dan bercerita seadanya.
“oo iya Lis, kamu lama kan disini..?Aisyah kembali meawali pembicaraan.
“mungkin hanya sebentar Is, aku cuma minta cuti beberapa hari”
“oo iya, maklum bisnis women gtu lhoo’canda Ais kepadaku,
“Gak lah Is, biasa aja”. Balik ku menjawab dengan nada yang datar.
Tak terasa beberapa jam aku berjalan menyisir dibibir pantai ini dengan Aisyah. Mentari pun terlihat ingin membenankan dirinya dipenghujung laut. Pemandangan yang memang jarang aku saksikan semenjak aku berpindah dari tempat ini. Warna kejinggaan menghiasi dinding langit yang tadi terlihat jernih dan membiru. Mata ku terpana akan pesona alam yang memang tak jarang dilihat oleh orang-orang diperkampungan pesisir ini.
***

Rasa lelah yang bersarang diseluruh tubuhku terasa menghilang setelah aku rebahkan seluruh tubuhku dikasur ini. Tepat dikamar tempat aku tinggal disini dulu, ya..!!memang sekarang rumah ini menjadi tempat tinggal Bibi’Minah. Karna alasan rumah ini rumah warisan jadi Bibi Minah enggan untuk menjual rumah ini setelah rumah ini kosong karna kepergian keluarga kecilku dulu. Bibi Minah hanya tinggal sendiri dirumah ini. Kepergian sang suami dan anaknya karna sebuah kecelakan yang sempat membuat bibi Minah Shok dan membuat bi’Minah berpikir untuk menjual rumahnya yang telah dibangaunnya dengan sang suami, dan kembali kerumah ini.
“Lis…..Lisa… bangun Lis, makan dulu nak” suara bi’Minah membangunkanku.
“iya bi” kulihat jam dinding dikamarku menunjukkan jam 20.00, rupanya aku terlelap beberapa jam semenjak tadi.
“Lisa mandi dulu ya bi….?”
“Iya, cepetan ya Lis bibi tunggu dimeja makan…!!”,
“Iya bi..” sahutku yang terus berjalan menuju kamar mandi.
***

“Gimana kabar ayah Lis” Bibi memulai pembicaraan dimeja makan.
“Baik bi, allhamdulillah’ dapat salam tu dari ayah sama ibu”.
“Kapan ayah sama ibu mu kesini jenguk bibi” bibi kembali bertanya,
“Eemmm.. Lisa masih ga tau bi, nanti Lisa kasih tau sama ayah, kalau bibi Minah kangen sama adik nya gitu..”he, canda aku pada bibi.
“iya Lis, iya….”sahut bibi kepadaku dengan sedikit tersenyum.

Handphone ku berdering, ternyata sms dari Aisyah. Lis, besok jam 10.00 kerumahku ya, aku ngajak teman-teman kita dulu reoniyan Lis mungkin ada Dia juaga lho..!!he. Aku tunggu.
“ Dia” mungkinkah, dalam hati ku berbicara. Arya, dialah cinta pertamaku dan sampai saat ini pun cintaku masih untuknya. Aku menjalin hubungan lumayan lama dengan Arya, dan aku memutuskan berpisah lantaran aku tak mau merasa bersalah dengan kepergianku lima tahun lalu. Menjalin hubungan jarak jauh tak masalah bagi ku, tapi baginya aku rasa tidak. Dan terkenanglah kembali saat – saat perpisahanku dengannya dikursi mungil itu.
“Maksud kamu apa Lis” dengan nada suara yang meninggi Arya berkata padaku.
“Iya Arya, hubungan kita… cukup sampai disini”sepertinya perkataanku mehentakkan pikiran Arya.
“Iya…. Tapi kenapa…?? Arya kembali bertanya untuk memastikan perkataanku untuk yang kedua kalinya. “karna aku akn pergi Arya”gemaku dalam hati yang tak mungkin aku katakana pada Arya.
“Lisa….”suara Arya mengejutkanku, “katakan padaku apa salah ku Lisa, sehingga kamu ingin memutuskan hubungan ini ”. “tak ada” ucapku, seperti kehabisan kata – kata untuk aku ucapkan.

Lalu, kenapa Lis…..????dengan nada miris Arya memohon penjelasan padaku.
“Aku Cuma tak mau menyakitimu”jawabku singkat.
“Aku tak merasa kalau kamu akan menyakiti aku, atau kamu sudah bosan dengan aku”
“Tidak Arya”.
“Lalu kenapa….??”
“Maaf kan aku Arya, aku tak bisa menjelaskan semua ini kepadamu tapi satu yang pasti, aku akan terus mencintaimu” .”YA… aku mengerti” sepertinya Arya mulai lelah dengan semua ini
“Sampai kapan pun aku akn terus mencintaimu Lisa”jawab Arya menunduk didepanku.
Perkataan itu pun akan terus aku ingat Arya. Beberapa menit aku dan Arya terdiam untuk bertanya dalam hati masing – masing, sebenarnya apa yang terjadidan mengapa ini terjadi. Dan Mentaripun kembali terbenam dipenghujung pantai.
***

Tepat pukul 10.00 pagi aku bergegas kerumah Aisyah. Dengan pakaian merah jambu dan celana jin yang aku bawa dari rumah seadanya menuju ketempat Aisyah. Sesampainya aku disana, aku lihat rumah Aisyah sudah mulai ramai dengan kedatangan teman – teman lama ku. Aku bergegas masuk dan berusaha unutuk mencari Aisyah disekelilingku. Ada beberapa temanku yang memang masih mengenali aku, ada juga yang memang sepertinya tak mengenali aku. Yaaa, mungkin karna terlalu lama aku tak bertemu mereka.
Saat mataku berusaha utuk mencari dimana Aisyah, tatapanku terhenti pada sesosok tubuh laki – laki yang sepertinya tak asing bagiku. Dan saat itu pun tatapan kami bertemu, aku merasakan ada sesuatu merasuki relung jiwaku melewati tatapan itu. Antara rasa percaya dan tidak, aku yakinkan hatiku siapa dia, dan benarkah ini memang dia. Ya, sosok itu memang dia “Arya”. Aku coba untuk mengalihkan pandangaku darinya, dalam hati aku hanya berkata”semoga dia tak mengenali aku, walaupun dalam hati kecilku aku berharap Arya akan selalu kenal denganku’.
“Lisa…” Aisyah tiba – tiba datang menghampiriku. Rasanya aku sedikit terbantu dengan kedatangan Aisyah.
“Dari mana Ais, dari tadi aku mencarimu”ucapku sedikit cemberut.
“Maaf Lis, aku tadi ditaman belakang sama teman – teman kita yang lain,”he, sory..!!!
“Iya.. iya..” jawabku dengan sedikit senyum.
“Lis kita gabung sama yang lain yuuk..!! ditaman belakang” ajak Aisyah kepadaku.
“Oke..boleh lah” ku rasa ini akan memantu suasana hatiku.
Sesampainya ditaman aku pun ikut berbaur dengan teman semasa SMA, berbagai ceritapun tak ada habis – habisnya ku dengar dari mereka.

Selang beberapa saat rasa bosan menghampiriku. Aku pun mencoba untuk mencari Susana yang lebih tenang. Aku terus berjalan keluar dari rumah Aisyah menuju tempat yang kurasa kaki ini pun tahu dimana tempat itu. Kursi kecil dipesisir pantai tempat yang kurasa bisa menjadi penenang untukku. Sejuknya angin yang berhembus dan gemuruhnya ombak yang terdengar bagaikan musik alam yang menyejukkan jiwa ini. Mata inipun ikut terpejam untuk menikmati ketenangan alam ini untuk beberapa saat.

“Lisa” suara itu tak asing ditelingaku. Aku coba kembali membuka mata ini untuk memastikan siapakah seseorang yang telah memanggilku. Saat aku berpaling, aku terperanjak dengan sosok yang aku lihat. “Arya……!!!!”aku sungguh tak percaya kalau dia memang Arya. Laki – laki yang memang sampai saat ini masih mengisi relung hatiku. Perlahan – lahan Arya mendekati aku dan akhirnya ia kini berada disampingku di kursi ini.
“Bagaimana keadaanmu Lis..?? Arya memulai pembicaraan, dan kembali dikursi ini.
“Seperti yang kamu lihat Arya, aku baik”jawabku pada Arya.
“Bagaimana denganmu” aku pun balik bertanya.
“Sama sepertimu, seperti apa yang kau lihat saat ini Lis”.
“Darimana kamu tahu aku disini”
“Aku mengikutimu dari rumah Aisyah, setetah aku tau kamu mejunu pantai ini aku pun tahu tempat yang kamu tuju”jawab Arya. Ada rasa bahagia menghampiriku. Arya masih mengenalku dan masih mengingat semua tentang aku.
“Lantas, untuk apakah kamu mengikuti aku”
“Salahkah aku dengan sikapku ini”. Aku terdiam mendengar perkataan Arya ‘dalam hatiku berkata, tak ada Arya, tak ada yang salah.
“Tidak, aku hanya terkejut kamu mengikuti aku sejauh ini”. Arya tesenyum padaku seakan – akan iya mengetahui apa yang aku pikirkan.aku dan Arya terdiam sesaat.
“Lis…”.
“Ya” jawabku singkat.
“Maaf aku karna dulu aku telah salah memahamimu, sekarang aku mengerti kenapa saat itu kamu inginkan berpisah dengan aku, aku telah mengetahui semuanya dari Aisyah. Aisyah bercerita semuanya saat aku mengetahui kepergianmu dari tempat ini. Ada sedikit rasa kecewa saat aku dengar semua penjelasan itu, karna aku ingin mendengar semua itu dari kamu Lis”. aku rasa kamu pun telah salah memahami aku Lis, aku tak seperti itu “aku akan terus menunggumu sampai pada saat keyakinanku mengatakan aku akan kembali bertemu denganmu, dan inilah saat-saat itu Lis”.
“Maafkan aku Arya”suaraku sedikit terdengar bergetar didepan Arya. “aku lakukan semua itu karna aku mencitaimu, aku tak ingin membuatmu tersiksa dengan perpisahanku, dan aku tak ingin kau terus berharap akan bertemu kembali dengan aku bila kita teruskan hubungan kita dulu Arya” “ aku tak ingin mengekang kebebasanmu dalam memilih pasangan hidupmu kelak” “aku lakukan ini karna aku mencintaimu Arya”. “maaf’kan aku”. Kata – kata itu terus saja keluar dari mulut ku, sebagai penebus rasa bersalahku padanya walaupun tak semudah itu aku rasa.
“hey Lis.. sudah lah, semuanya telah berlalu dan aku telah memaafkan mu” aku merasa lebih tenang setelah mengetahui kamu masih mencintai aku Lis” kata – kata yang lama tak aku dengar dari wanita yang sangat aku cintai”.“Aku juga sangat mencitaimu Lis, walaupun selang aku berpisah denganmu, aku mencoba untuk mengisi hatiku kembali dengan wanita lain, tapi yang aku rasa tak sama saat aku bersamamu” tak akan ada yang bisa menggantikan kamu dihatiku Lis”

Kata – kata Arya jauh dari perkiraanku. Aku bahagia mendengar semua yang Ia ucapkan. Tubuhku pun terasa bahagia saat Ia peluk diriku dengan rasa kedamaian. Dengan mata yang kembali terpejam aku teteskan aia mata kedamain saat aku kembali bersamanya disini. Seakan angin pantai ini bernyanyi untukku. Dan terus ngajak aku bertahan dalam kedamaian ini.

Namun dalam hati keciku berkata, sampai kapan kah cinta ini akan kembali bertahan. Apakah hingga aku pergi meninggalkan dunia ini bersamanya, atau kah hanya saat aku meninggalkan kedamaian ini. Dan saat aku kembali meninggalkan semua kenanaganku dengannya di Kursi Mungil pesisir pantai ini.
TAMAT….. 22-09-2012.


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/11/kursi-mungil-di-pesisir-pantai-cerpen.html#ixzz2DntGP3Q0

0 komentar:

Posting Komentar